John Knox lahir sekitar awal tahun 1500-an. Ada yang mengatakan tahun 1510, di mana seharusnya pada tahun 2010 gereja seharusnya mengingat ulang tahun ke-500 John Knox. Walaupun mungkin tidak seheboh tahun 2009 saat merayakan 500 tahun John Calvin. Tentu bukan untuk mengangkat kehormatan manusia-manusia itu melainkan bagaimana gereja belajar melihat jejak kaki Tuhan di masa lampau di dalam kehidupan teladan-teladan iman yang telah selesai bertanding tersebut. Dalam Ibrani 13:7 dikatakan, “Remember your leaders, who spoke the word of God to you. Consider the outcome of their way of life and imitate their faith. Jesus Christ is the same yesterday and today and forever.”
Di antara para reformator, John Knox sering sedikit terlupakan. John Knox terlupakan bukan karena hari kelahirannya tidak diketahui secara pasti, tetapi karena gereja sudah tidak bergairah mengingat pekerjaan Tuhan di zaman dulu yang dianggap sepertinya tidak ada hubungan dengan kehidupan praktis orang Kristen masa kini.
Sebelum Reformasi, hidup bergereja di Skotlandia yang masih menganut Katolik Roma sangat umum dengan takhayul-takhayul warisan Middle Ages; petinggi-petinggi gereja yang korup memonopoli Alkitab dan politik, sehingga menjadi tugas bagi gerakan Reformasi yang Tuhan sudah mulai di Jerman melalui Martin Luther dan di Jenewa melalui John Calvin untuk dibawa ke Skotlandia. John Knox sendiri menjadi Reformed melalui dua orang yang dicatat paling memengaruhinya, yaitu Patrick Hamilton seorang Lutheran dan juga George Wishart seorang Calvinis. Kedua orang tersebut adalah orang yang vokal di Skotlandia melawan praktik dan ajaran gereja yang salah sehingga keduanya harus dibakar hidup-hidup. Knox sendiri adalah bodyguard dari George Wishart yang adalah Calvinis dan sejak kematiannya, John Knox menjadi Reformed.
Di daerah St. Andrew, ia mendapat panggilan pelayanan secara publik. Kardinal David Beaton yang terkenal busuk dan yang memerintahkan penangkapan George Wishart berada di daerah ini. Ini adalah kesempatan baginya untuk melakukan perlawanan kepada gereja yang korup yang telah membakar orang-orang yang menyuarakan kebenaran. Namun ia tidak melakukan pemberontakan dengan dendam yang demikian membara, melainkan mengisi hari-harinya dengan perenungan dan air mata karena ia sadar harus melayani di tengah dunia yang menganiaya. Dalam tangisan dan doa berhari-hari tidak berarti membuat hamba Tuhan yang tersendiri itu menjadi pendiam dan perenung ketika berada di publik. Khotbah-khotbahnya justru tanpa kompromi menentang praktik Paus, misa gereja, purgatori, dan penyelewengan lainnya. Kuasanya dalam khotbah sampai memaksa pihak gereja yang memusuhinya untuk mengambil tindakan. Perlu diketahui bahwa Skotlandia memiliki pemerintahan pusat yang lemah sehingga menjadi sasaran bagi Inggris yang beragama Protestan (setelah Ratu Elizabeth I naik takhta) dan Perancis yang beragama Katolik. John Knox diserang di St. Andrew dan dibawa oleh kapal dayung Perancis dan menjadikannya budak di kapal dayung itu. Keadaan ini memang terlihat negatif bagi perjalanan pelayanan John Knox, tetapi di sana Tuhan justru membentuk karakter hamba-Nya ini. Setelah hampir satu tahun diperbudak, akhirnya dia bisa lepas karena ada pejabat Inggris yang baik hati. John Knox hidup lima tahun di Inggris dan menjadi terkenal di sana. Ia menjadi hamba Tuhan yang legal dan bebas mengajar Calvinisme di sana. Ia menjadi chaplain bagi seorang raja muda Edward VI yang memihak kepada Calvinisme. Namun sayang sekali bahwa raja muda ini umurnya pendek. Inggris kemudian diperintah oleh Mary Tudor yang tidak pro kepada Calvinisme tetapi mau membuat Katolik Roma kembali menjadi agama nasional Inggris. Karir yang lancar yang dimiliki John Knox di Inggris harus berhenti. Bersama pendukung-pendukungnya di Inggris, Knox pergi ke Swiss. Di sana ia bukan saja mendapat perlindungan keamanan dirinya tetapi ia juga bertemu dengan John Calvin di Jenewa dan Heinrich Bullinger di Zurich. Ia belajar di bawah Calvin selama 5 sampai 6 tahun lamanya. Knox kemudian menetap di Frankfurt yang adalah pusat perdagangan di mana toleransi antar beragamanya kuat sehingga cukup aman untuk John Knox. Ia diminta menjadi pendeta gereja di sana dan atas nasihat Calvin, ia menyetujuinya. Walaupun jauh dari Skotlandia, ia terus memantau situasi politik dan agama di sana, dan berharap suatu hari bisa kembali ke tanah airnya. John Knox akhirnya bisa kembali ke Skotlandia karena Mary Tudor wafat pada tahun 1558.
Sekembalinya ke Skotlandia, Knox didukung oleh para aristokrat yang memihak Reformasi. Mereka disebut Lords of the Congregation. Mereka memulai perlawanan kepada pemerintah yang dipimpin oleh Mary of Guise yang menentang Reformasi dan bersekutu dengan tanah airnya yaitu Perancis. Khotbah John Knox sangat berkuasa menggerakkan orang. Ia bukan provokator yang mengandalkan kepandaian retorika tanpa teori yang kuat lalu memancing kemarahan massa. Ia berkhotbah dengan intelektual. Khotbahnya menggerakkan massa untuk secara spontan pergi ke gereja-gereja dan biara-biara dan menyingkirkan relics yang sudah disakralkan oleh gereja saat itu dan segala berhala lainnya. Ini bukan perintah langsung dari Knox, tetapi gerakan spontan dari massa. Mary tentu tidak senang dengan keadaan ini sehingga memerintahkan untuk menyingkirkan orang Reformed dari Skotlandia. Namun pemerintah tidak kuat menahan kekuatan massa ini. Bukan saja demikian, Parlemen bahkan kemudian mengakui Kristen Reformed sebagai agama yang benar satu-satunya! Di sini bukan kemenangan kelompok tertentu yang dibanggakan, melainkan Kristus. Bayangkan betapa bahagianya kita ketika di seluruh tanah air, gereja mengkhotbahkan Kristologi yang sesuai dengan Alkitab ajarkan! Kristus yang sejati dimuliakan oleh kawanan domba-Nya. Betapa mulianya masa-masa itu. Kejadian ini menjadi kebanggaan yang paling esensial bagi orang Skotlandia di dalam sejarah. Hal ini bahkan melampaui kisah heroik William Wallace yang mati memperjuangkan freedom Skotlandia melawan Inggris.
Mungkin kita yang hidup di zaman postmodern dan yang sangat humanis ini tidak akan terfokus pada keindahan hidup perjuangan John Knox dalam kisah pemberontakan di atas, tetapi kita akan lebih terfokus kepada massa yang memberontak itu. Mari kita fair dalam menilainya; pemberontakan ini terjadi akibat ratusan tahun gereja yang korup dan kejam menganiaya orang-orang yang menyuarakan kebenaran. Revolusi yang menentang kekejian dosa dan merindukan kesucian takhta Kristus hadir di dunia ini janganlah disamakan dengan jenis kemarahan-kemarahan kelompok pada umumnya dalam sejarah. Dan ini tidak sebanding dengan darah-darah yang dialirkan selama ini. Kita harus melihat motivasi Knox yang murni menginginkan kemurnian gereja di mana Kristus yang murni dihadirkan di negaranya. Knox bergumul masalah ini cukup panjang. Ia bertanya kepada Calvin, apakah boleh memberontak pada pemerintah yang menyembah berhala? Calvin berkata tidak. Knox menanyakan kepada pendeta-pendeta di Jenewa, mereka juga memiliki jawaban yang sama dengan Calvin. William Tyndale di Inggris juga berpendapat bahwa pemerintahan yang paling jelek pun adalah dari Allah. Knox tidak mendapatkan dukungan dari theolog-theolog besar di zamannya. John Knox sangat tergerak hatinya oleh pembelajarannya pada Perjanjian Lama tentang kovenan. Kovenan antara Allah dan kita, hanya Allah yang menjadi Tuhan atas hidup kita dan kita harus meninggalkan segala ilah lain. Praktik theokrasi Yudaisme Perjanjian Lama dengan gamblang dibawa kepada penerapannya di zaman ia hidup. Knox terus mengembangkan dasar theologi kovenan ini bagi pemberontakan kepada penguasa yang menyembah berhala sampai kepada implikasi bahwa ini bukan saja hak kita sebagai umat Allah, tetapi lebih jauh lagi ini adalah kewajiban umat Allah, di mana ketika kewajiban ini ditolak akan mengancam keselamatan kekal orang Kristen itu. John Knox menulis traktat mengenai ini yang bernama The First Blast yang bahkan Ratu Elizabeth yang adalah Protestan pun dibuatnya marah. Setelah peristiwa itu, hubungan persaudaraan aliansi antara Knox dan Church of England pun berakhir.
Kita akan setuju bahwa dalam hal ini Knox membuat kesalahan. Namun kita boleh berhenti di poin itu saja. Kita harus mengerti konteks bahwa John Knox membuat kesalahan mengenai theologi kovenan karena memang pengajaran mengenai kovenan belum selengkap dan sejelas sekarang. Knox sebenarnya terjepit di antara motivasinya yang murni, keadaan yang mendesak untuk segera mengeksekusi pergumulannya yang murni terhadap firman dan keutamaan Kristus, serta masih adanya diskusi yang mengambang mengenai legalitas penerapan tersebut. Maka kita sebagai pembaca modern jangan dengan cepat dan sekejap mengutuk kesalahan seseorang, tetapi perlu melihat pergumulan dan kerinduan dari John Knox yang sebenarnya jauh lebih murni daripada kita hari ini, dan lebih lagi, Knox jauh lebih terpuji daripada orang Kristen yang bermental modern humanism yang sukanya play safe in the middle way.
Reformasi di Skotlandia terus berjalan bersama John Knox. Menghasilkan Scots Confession of Faith & Book of Discipline. John Knox, single-minded devotion and burning sincerity of the “thundering Scot”, akhirnya mati pada 24 November 1572 di usianya yang tua karena sakit.
Karakter keberanian yang membangkitkan rasa takut dan gentar pada musuh yang dimiliki oleh John Knox ini sulit dijumpai di dalam gereja. Orang Kristen lebih suka mengikuti hamba Tuhan yang dapat disetir olehnya. Di sisi lain orang-orang yang vokal dan berani malah sulit memenangkan hati seseorang. John Knox bukan saja membuat musuh-musuhnya takut, tetapi dicintai para pendukungnya. Para pendukungnya meneladaninya dan menjadi kelompok yang militan bagi kebenaran. Zaman kita memang berbeda dengan zaman John Knox sehingga aplikasinya pun akan berbeda. Tetapi prinsip kebenaran untuk meninggikan Kristus melalui kekuatan komunal yang solid tetap harus ada di dalam gereja Tuhan. Tanpa itu gereja akan lemah dan Raja gereja yaitu Kristus tidak akan dipandang oleh orang yang saat ini melawan gereja. Panggilan setiap orang di dalam gereja memang berbeda-beda, namun bukan berarti kemudian kita menjadi individualis. Panggilan berbeda dalam satu tubuh sehingga anggota tubuh yang lain harus peduli dan mendukung panggilan anggota tubuh yang lain, bukan menghalang-halanginya. Mari kita mengerjakan panggilan yang benar di masa kita ini dengan maksimal. John Knox memang tidak menang secara sempurna di Skotlandia, tetapi hasil yang diberikannya sangat signifikan dan menjadi warisan bagi generasi-generasi selanjutnya. Bukan hanya signifikan bagi gereja di Skotlandia, tetapi sebagai satu batu bagi perjalanan umat Allah dari abad ke abad sampai kita hari ini. Orang yang agung sanggup memperdengarkan suaranya walaupun ia sudah mati.
No comments:
Post a Comment